RILA PUTRI SUNDASARI



Siapa saya? Kalau pertanyaannya retorik dan yang bertanya adalah orang yang baru saya kenal, maka akan saya jawab : saya adalah perempuan berusia nearly 23rd yang baru saja lulus dari salah satu universitas negeri di Bandung, dan sedang sibuk menjawab pertanyaan ‘kerja dimana sekarang?’ atau ‘wah, kawinnya kapan?’
Siapa saya? Kalau pertanyaannya datang dari orang yang saya kenal dekat, maka akan saya jawab : ah kamu kaya g tau ajaaaaaa  =D
Siapa saya? Nah, kalau pertanyaannya ditujukan pada saya sendiri….heeemmmmmmmh, mulai darimana yaa?
Ok, lets start it from where I started first, I was born in Bandung, 1st December @ Borromeus Hospital, dan tumbuhlah saya menjadi gadis kecil nan lucu dan banyak penggemarnya : bapa saya, ibu saya, kakek saya, nenek-nenek saya, ua-ua saya, paman-paman saya, dan tante-tante saya..maklum dari keluarga ibu, saya adalah cucu pertama dan ua saya anaknya laki-laki, jadilah saya perempuan pertama dalam bentuk miniatur„hehe,jelaslah kenapa saya menjadi primadona saat itu.
Semua orang sibuk memberi tahu saya ini-itu dan mengenalkan saya ini-itu juga, sampai ketika saya berumur 4 atau 5 tahun, kebetulan dulu ( dulu ya =P) suara saya dinilai merdu sampai terciptalah sebuah album kaset yang sangatmemorable. Kenapa memorable? Karena satu side itu isinya saya yang bernyanyi, lagunya macem-macem dari balonku, tiktiktik bunyi hujan, naik kereta api, panjang umurnnya, satu-satu aku sayang ibu, sampai hepi belsday to u. Jadi memorable-nya hanya untuk saya sebenernya. Produsernya saat itu tak lain tak bukan adalah my really own father, memakai koleksi kasetnya yang sudah tidak terpakai, mic buat karaoke dirumah, dan satu radio tape yang bisa rekam, voila, jadilah si kaset memorable itu. Yang pada saat ini fungsinya berubah jadi alat buat keisengan tante saya yang memutarkannya di depan pacar, dan semua mantan pacar saya tanpa kecuali..wkwkwk, walhasil c kaset itu bukan hanya memorable bagi saya, ( dan bapa saya tentunya) tapi mungkin juga bagi mantan dan pacar saya, mungkin mereka pikir saya orangnya bisa nyanyi padahal ngomong pun sumbang…hahaha, sepertinya kalau dulu kata ‘narsis’ udah sering dipakai orang, inilah salah satu bentuk narsis yang saya lakukan dengan tidak sadar.
Baik mungkin fase narsis nan memalukan saya belum cukup sampai disitu, karena saya orangnya loyal, apalagi sama bapa saya, bapa saya kerjanya di Dinas Koperasi Jawa Barat, orangnya baik dan dekat sama anak2nya apalagi sama saya dan adik saya, ( yaiyalah anaknya Cuma dua, itu2nya ) senangnya ngajak saya jalan-jalan, waktu itu saya umur 3 tahun dan kita berdua naik bus damri yang dahulu kala naik bus itu semua orang dapet duduk, bus-nya bersih, mesinnya g berisik, gada yang ngamen, dan anak kecil kesil seperti saya menjadi pusat perhatian, apalagi saya sudah bisa mengeja, mungkin saya memang ada bakat pintar (Cuma mungkin ni, ga maksud narsis..hehe piss) dan berlanjutlah saya mengeja sepanjang jalan dari kelapa – dago, sampai di perempatan dago-bip, ada satu dealer Toyota, dan mengeja lah saya dengan keras disaat bus nya berhanti di perempatan, ‘T-O-TO-Y-O-YO-T-A-TA’, dan kagumlah orang satu bus damri itu, seranya nyeletuk ‘wah pinterrrrrr„dibacanya apa?’ saya jawab ‘KO-PE-RA-SI’ ‘HAHAHAHAHA’ seketika meledaklah tawa orang-orang itu, sambil memerah pula pipi bapa saya, dan diiringi tatapan bahagia saya yang innocent tidak tahu kalau sebenarnya saya salah, mungkin pikiran saya waktu itu bahagianya saya ditepokin orang-orang..
And the story goes on and on, TK, SD, SMP saya habiskan di Bandung, dan mulailah saya suka menonton televisi, dari jaman cuman ada TVRI, sesame streets di RCTI pagi-pagi, dan generasi anak nongkrong alias MTV, dengan favorite VJ Sarah Sechan bareng Jamie Aditya, since that my role model is her, kenapa????karena saya anggap dia adalah satu entertainment besar pada jamannya sampe detik ini, olga sepatu roda, masih inget banget deh film itu bareng cut mini,hihihi,bs nonton dmana y skr? Yg diputer ulang film-film nya warkop ato susanna doing seringnya…selain itu karena fisiknya yang mungil seperti saya,hehehe, walaupun saat itu saya masih dalam masa pertumbuhan, tapi ke-stagnan-an pertumbuhan saya yang merepet seperti keong bikin saya sadar seberapa jauh saya akan tumbuh. Kesamaan nasib dalam postur bikin saya saat itu sadar dan yakin kalau ternyata untuk jadi seorang entertainer seperti dia tidak perlu tinggi dulu, atau cantik dulu, karena ternyata jika kualitas sudah bicara maka visual pun bisa jadi nomor dua. Sejak itu lah saya mendamba untuk bekerja di dalam media, sejak saat itu visi saya mulai melebar dari sekedar pramugari, dan cita-cita standar lainnya di buku diary, menjadi seorang yang tindak-tanduk nya bisa mempengaruhi orang banyak.
Dan masuklah saya ke masa yang orang bilang paling berat seumur idup, a.k.a masa remaja. Tapi saya tidak pernah menganggap itu masa berat, malah saya senang sekali menjalaninya, banyak hal dimulai dari masa-masa ini, bahkan rata-rata apa yang kita suka atau tidak suka terbentuk di masa ini. Mungkin sebagian besar karena saya sudah dibekali greatest quotes oleh bapa saya, yang selalu memberi saya pilihan dengan resikonya masing-masing, bukan dengan cara otoriter dan mengharuskan saya melakukan apa yang dia mau, tetapi dengan memberikan saya pilihan dan hal-hal yang mungkin terjadi dijalan-jalan yang akan saya pilih, dan membebaskan saya akan pilihan saya selama itu tidak merugikan saya dan orang lain. Karena itulah saya hampir selalu tahu apa yang saya mau selama ini, karena itulah saya hampir selalu belajar bermimpi dan belajar mewujudkannya, tidak langsung hajar bleh, tapistep by step, satu hal menuju hal lainnya hingga tanpa sadar tau-tau saya sudah mencapai mimpi-mimpi tersebut. Tidak lupa saya bersyukur tak habis-habisnya, karena seperti Bpk.Ari Ginanjar Agustian blg ‘Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustai?’ apalagi didukung penuh oleh bapa dan ibu saya dengan memperhatikan saya dari belakang dan membelokkan kembali ketika saya melenceng. Jadi bisa dibilang saya sudah penuh amunisi untuk menjalani masa remaja ini. Saya melewati SMA di salah satu SMA negeri, di Bandung jg, yang akhirnya memberi saya teman-teman seumur hidup. Karena saya orangnya cuek, saya tidak sempat mengalami krisis identitas, apalagi didukung lingkungan dan bacaan yang saya baca, kalau kata temen saya sih(kebetulan namanya ga mau disebut hehe) ‘orang ganteng, kaya, sombong uda biasa„yang jarang uda jelek, miskin, sombong lagi itu yang luar biasa’ hahahaha,bener juga sih tapi, intinya kalaupun kita jelek dan kekurangan, kalau kita pede pasti diomongin orang, jadinya terkenal juga barengan sama orang ganteng dan berkelebihan…saya  jadi  hampir tidak pernah merasa krisis, kecuali di depan orang-orang yang memang punya kabisa, punya kemampuan yang luar biasa di bidangnya masing-masing. Saya juga belajar menghadapi kegagalan di masa ini, kebetulan saya orangnya suka coba-coba jadi kesempatan apapun yang ada sering saya ambil, ibaratnya saya suka langsung nyebur walaupun sebelumya belum pernah belajar berenang. Ya pastinya beberapa kali kelelep, tapi dari situ biasanya saya belajar bagaimana supaya tidak tenggelam, atau paling tidak kita menyiapkan pelampung untuk ditarik jika akan tenggelam. Tapi saya juga sadar bahwa kita perlu belajar, paling tidak terus-terusan menambah kualitas supaya gak perlu sering-sering tenggelam.
Itu yang bikin saya ,memutuskan untuk kuliah di fakultas komunikasi, bukan karena saya jago berkomunikasi, tapi justru karena saya merasa kurang bisa berkomunikasi maka kesanalah tujuan saya supaya bisa berkomunikasi dengan baik. Karena sempat dilema juga antara komunikasi dan desain, bahkan sempat saya dan teman saya ikut try out villa merah yang sampai sekarang saya gak tau hasilnya lulus apa g, gara-gara kita malu ngeliatnya, habiiiis kita sebenernya ga bisa gambar =p, tapi salah satu passionnya jadi desainer interior, jadi ajah mempermalukan diri ikut try out, padahal di dalem tempat try out kita keketawaan, yang lain sibuk ngegambar, kita sibuk orat-oret, sing penting kertasnya penuh..hehehe. Saya juga cukup banci organisasi waktu itu, dari SD malah, dokter cilik, paskibra, teater, dan lain-lain, jadi judulnya jaman SMA itu kalo matahari belum tenggelam belum sampe dirumah.
Tapi ternyata saya jadi belajar tampil di depan massa, dan akhirnya menyadari bahwa ketika saya ada diatas stage itu ada hal yang saya sendiri tidak dapat jelaskan, tapi yang jelas it’s feel real good, dan anehnya menenangkan juga, saya juga merasa ketika di atas panggung kita bisa berbicara lebih bebas, lebih ekspresif tanpa bikin orang jadi kesel atau tersinggung, di atas panggung kita bisa pakai apa aja tanpa takut terlihat norak, saya merasa di atas panggung adalah suatu wahana baru, dunia baru yang bisa merubah pakem-pakem yang ada di kehidupan sehari-hari. Hal itu membuat saya yang sebenarnya rebel dan kurang suka hal-hal monoton merasa mendapatkanchemistry untuk masuk ke dunia penuh kejutan. Dan kelanjutannya saya juga ternyata suka panggung bukan cuma untuk berada di atas panggung, tapi juga di belakang panggung, karena saya suka persiapan-persiapannya, saya menikmati proses dari tiada menjadi ada, dari yang tadinya rangka besi menjadi panggung yang gegap gempita, dari yang tadinya bukan apa-apa menjadi apa-apa, itulah yang saya dapat dari dunia event organizer.
Intinya saya adalah orang yang senang melakukan apa yang saya senang lakukan.
Saya juga senang bermimpi, saya orang yang percaya quotes ‘ dream! Because dream do come true!’ ato ala MarioTeguh (salam super!) ‘yakinlah! maka dunia dan seisinya akan membantu mewujudkannya untukmu’ makanya saya suka mimpi, dan kalau tidak salah entah dibuku apa saya baca, bahwa dengan mimpi 50% tujuan kita sudah tercapai. Ameeeeeeeeeeeeeeeeeeeen. Tapi saya 200% sadar untuk mencapai mimpi itu bukanlah hal yang mudah, bukanlah hal yang bisa didapat semudah kita memimpikannya, makanya saya selalu berusaha untuk tidak berhenti mencapainya, dengan tak pernah berhenti belajar, dan menambah kualitas, coz’ I believe, we have to earn what we want, unless we’re very very very very very very very lucky person like untung angsa’  (* cross my finger a.k.a ngarep =p )
Saya juga suka autis, apalagi kalo lagi baca, saya suka diem se-diem-diem-nya kalo lagi sibuk baca, diawali dari bobo, donal bebek, seri-seri lima sekawan, dan karangan enid bylton lainnya, seri detektif yang sempet bikin saya pingin jadi detektif, makanya favourite saya nonton seri CSI dan  numbers sekarang„tapi kesukaan saya adalah buku yang temanya perempuan, dan pengarangnya perempuan kenapa? Karena saya perempuan, dan saya ingin jadi perempuan yang bukan sekedar perempuan, tapi perempuan yang inspiratif seperti role model perempuan saya yang berjibun itu, setelah sarah sechan ada indi barens, nirina, dewi dee lestari, icha rahmanti, wulan guritno, ratna sarumpaet, ayu utami, widyawati, jajang c noor, christine hakim, fira basuki, atikah hasisolan, oprah, RA Kartini, tamara Geraldine, dan masiiiiiiiiiiih panjang list-list perempuan lain termasuk ibu saya sendiri tentunya.
Untuk menjadi role model itu, tentu saya harus mempunyai pemerhati, pengikut, pendengar, pembaca yang bisa saya sampaikan hal-hal yang selalu berkeliaran di kepala saya, saya butuh perantara, yang mana itu adalah media kadang-kadang teman saya pun pusing dengan pertanyaan dan pernyataan yang kerap saya lontarkan, akhirnya saya sering melampiaskan kepada teman saya yang kebetulan juga senangnya bertanya dan memberikan pernyataan-pernyataan yang dianggap bukan apa-apa oleh orang lain. Malah suatu hari saya pernah bertanya pada pacar saya ‘ kenapa sih psikologi itu lambangnya harus warna ungu?’ hehe..pasti dipikirannya waktu itu ‘are u out of your mind?Yang begitu aja ditanyain’.. tapi ya itulah saya senang menyampaikan sesuatu dan syukur-syukur sesuatu itu bisa dilihat , didengar, dirasakan oleh orang lain sebagai sesuatu hal yang memberi inspirasi dan mengubah cara pandangnya terhadap sesuatu menjadi lebih wide n open minded, syukur-syukur lagi bisa merubah hidup orang tersebut. Seperti tadi saya sudah tulis diatas, bahwa saya senang dan menikmati proses dari tiada menuju ada dalam konteks yang positif.
Nah, sepertinya itu bisa menjawab sebagian karakter yang saya ingin tampilkan on air, pemberi informasi dan syukur-syukur (lagi) bs jd role model, tp tidak takut untuk tampil konyol dan hilarious dan clumsy karena seperti saya bilang stage (media.red) merupakan wahana dimana kita bisa ngomong apa aja tanpa takut jadi norak, natural, dan playful.
Jadi, Siapa Saya? Well, kalo udah sepanjang ini rasanya lebih pantas kalau anda yang menentukan, hehe. Karena setiap manusia selalu bisa menentukan apa isinya, tapi bungkusnya hanya manusia lain yang bisa menilai.

Comments

Popular Posts